BULUTANGKIS INDONESIA - Tiga kali ditaklukkan pasangan Denmark, Joachim Fischer
Nielsen/Christinna Pedersen (4) di turnamen penting BWF, Olimpiade
London 2012, Korea Open SS Premier 2013 dan Indonesia Open SS Premier
2013, Tontowi/Liliyana (2) berhasil melakukan revans dan merebut
kemenangan dalam laga tiga gim pada final China Open Super Series
Premier 2013 yang berlangsung di Shanghai, China hari Minggu (17/11)
kemarin.
Bekal kemenangan tiga gim yang dibukukan oleh Joachim/Christinna pada pertemuan sebelumnya membuat mereka justru tampil percaya diri berlebihan dan sedikit meremahkan Tontowi/Liliyana. Sebaliknya, ambisi dan rasa penasaran untuk membalas kekalahan sebelumnya membuat pasangan Indonesia bermain lebih yakin terlebih pada tahun dua gelar bergengsi di turnamen All England Open SS Premier dan BWF World Championships 2013 sukses mereka kantongi.
Sergapan dan serobotan Liliyana yang terus berusaha menekan dan membloking bola dipadu dengan smash-smash keras Tontowi menjadi kunci kejayaan mereka di gim pertama. Tampil percaya diri, ganda Indonesia justru lebih lepas dan tidak bermain terlalu berhati-hati seperti pada pertemuan sebelumnya. Membuka gim pertama dengan skor 8-1, Tontowi/Liliyana terus meluncur jauh hingga 20-7 dan memanfaatkan setiap momentum yang ada di gim pertama untuk merebut kemenangan 21-10.
Berada di lapangan yang berlawanan, Tontowi/Liliyana justru kalah angin dan banyak mengangkat bola di set kedua. Kesalahan dalam mengembalikan servis pasangan Denmark juga membuat pasangan Indonesia kian tertekan ditambah lagi pengembalian bola-bola unik Joachim membuat posisi dan pertahanan merah putih kian terdesak. Tertinggal jauh 3-15, Tontowi/Liliyana akhirnya kalah telak 5-21.
Menyadari kelemahan di gim kedua, Tontowi/Liliyana berhasil bangkit dan kembali sukses menerapkan strategi seperti pada set pertama. Drive-drive cepat di depan, fokus untuk menekan Christinna serta memanfaatkan beberapa kesalahan sendiri pasangan Denmark membuat perolehan poin Indonesia terus bergulir dan senantiasa berada di atas Joachim/ Christinna. Meskipun sempat mendekat, tekanan yang akhirnya berbalik barada di pundak jagoan Denmark membuat mereka justru tampil berhati-hati, bermain defensif dan kurang menekan.
Tontowi/Liliyana memanfaatkan momentum ini dengan baik untuk terus konsisten menekan dan tak memberikan banyak peluang bagi tandem Denmark. Terus memimpin dari kedudukan 8-5 hingga 16-11, sang garuda sempat membuka celah bagi Joachim/Christinna setelah melakukan beberapa kesalahan beruntun dan terburu-buru di angka krusial. Pasangan Denmark mendekati perolehan angka Tontowi/Liliyana hingga 17-19 namun servis dan antisipasi Joachim yang tak sempurna serta pengembalian Christinna yang mebentur bidang net memastikan gelar sektor campuran menjadi milik Indonesia, 21-17.
“Dari saat awal masuk lapangan, kami sudah yakin dan lebih percaya diri. Apalagi tahun ini kami dapat gelar All England dan BWF World Championships,” komentar Liliyana yang seperti yang dikutip situs badmintonindonesia.org.
“Permainan lawan tidak ada yang berbeda, justru perbedaannya ada di kami, kami lebih percaya diri,” lanjutnya.
“Sejak kandas di Olimpiade, kami memang memiliki hasrat besar untuk bisa mengalahkan setiap bertanding menghadapi mereka. Beberapa kesuksesan gelar di tahun ini juga memberikan kami kepercayaan diri. Setelah ini kami akan langsung pulang beistirahat dan serta menyiapkan diri untuk turnamen Superseries Final karena tahun ini kami ingin menutupnya dengan kemenangan disana,” pungkas Liliyana.
Tontowi sendiri kembali mengungkapkan kekalahan beruntun di turnamen sebelumnya menjadi motivasi tersendiri bagi dirinya.
“Motivasi kami bertambah saat tahu akan bertemu mereka, karena kami memang mau balas kekalahan sebelumnya. Alhamdulillah bisa menang,” ucap Tontowi.
Sementara itu sang pelatih Nova Widianto mengungkapkan, kekalahan di gim kedua disebabkan karena Tontowi/Liliyana yang tidak siap dengan perubahan strategi posisi lapangan yang berbeda.
“Pada game kedua, Tontowi/Liliyana kalah angin, jadi kalau salah posisi saat terima servis, pasti banyak tertekan. Selain itu, Tontowi/Liliyana banyak mengangkat bola, pertahanannya jebol terus karena kalah angin,” urai Nova.
“Penampilan Tontowi/Liliyana normal seperti biasanya, walaupun tenaga agak menurun. Tetapi, mereka sudah siap dengan pola permainan yang bakal diterapkan melawan Joachim/Christinna. Mereka juga banyak belajar dari kekalahan sebelumya,” lanjut Nova.
Kemenangan ini merupakan gelar ke-5 Tontowi/Liliyana di sepanjang tahun 2013. Sebelumnya, duet peringkat 2 dunia ini mengantongi mahkota turnamen All England Open SS Premier 2013, India Open SS 2013, Siangapore Open SS 2013, dan BWF World Championships 2013.
Sumber : Bulutangkis.com
Bekal kemenangan tiga gim yang dibukukan oleh Joachim/Christinna pada pertemuan sebelumnya membuat mereka justru tampil percaya diri berlebihan dan sedikit meremahkan Tontowi/Liliyana. Sebaliknya, ambisi dan rasa penasaran untuk membalas kekalahan sebelumnya membuat pasangan Indonesia bermain lebih yakin terlebih pada tahun dua gelar bergengsi di turnamen All England Open SS Premier dan BWF World Championships 2013 sukses mereka kantongi.
Sergapan dan serobotan Liliyana yang terus berusaha menekan dan membloking bola dipadu dengan smash-smash keras Tontowi menjadi kunci kejayaan mereka di gim pertama. Tampil percaya diri, ganda Indonesia justru lebih lepas dan tidak bermain terlalu berhati-hati seperti pada pertemuan sebelumnya. Membuka gim pertama dengan skor 8-1, Tontowi/Liliyana terus meluncur jauh hingga 20-7 dan memanfaatkan setiap momentum yang ada di gim pertama untuk merebut kemenangan 21-10.
Berada di lapangan yang berlawanan, Tontowi/Liliyana justru kalah angin dan banyak mengangkat bola di set kedua. Kesalahan dalam mengembalikan servis pasangan Denmark juga membuat pasangan Indonesia kian tertekan ditambah lagi pengembalian bola-bola unik Joachim membuat posisi dan pertahanan merah putih kian terdesak. Tertinggal jauh 3-15, Tontowi/Liliyana akhirnya kalah telak 5-21.
Menyadari kelemahan di gim kedua, Tontowi/Liliyana berhasil bangkit dan kembali sukses menerapkan strategi seperti pada set pertama. Drive-drive cepat di depan, fokus untuk menekan Christinna serta memanfaatkan beberapa kesalahan sendiri pasangan Denmark membuat perolehan poin Indonesia terus bergulir dan senantiasa berada di atas Joachim/ Christinna. Meskipun sempat mendekat, tekanan yang akhirnya berbalik barada di pundak jagoan Denmark membuat mereka justru tampil berhati-hati, bermain defensif dan kurang menekan.
Tontowi/Liliyana memanfaatkan momentum ini dengan baik untuk terus konsisten menekan dan tak memberikan banyak peluang bagi tandem Denmark. Terus memimpin dari kedudukan 8-5 hingga 16-11, sang garuda sempat membuka celah bagi Joachim/Christinna setelah melakukan beberapa kesalahan beruntun dan terburu-buru di angka krusial. Pasangan Denmark mendekati perolehan angka Tontowi/Liliyana hingga 17-19 namun servis dan antisipasi Joachim yang tak sempurna serta pengembalian Christinna yang mebentur bidang net memastikan gelar sektor campuran menjadi milik Indonesia, 21-17.
“Dari saat awal masuk lapangan, kami sudah yakin dan lebih percaya diri. Apalagi tahun ini kami dapat gelar All England dan BWF World Championships,” komentar Liliyana yang seperti yang dikutip situs badmintonindonesia.org.
“Permainan lawan tidak ada yang berbeda, justru perbedaannya ada di kami, kami lebih percaya diri,” lanjutnya.
“Sejak kandas di Olimpiade, kami memang memiliki hasrat besar untuk bisa mengalahkan setiap bertanding menghadapi mereka. Beberapa kesuksesan gelar di tahun ini juga memberikan kami kepercayaan diri. Setelah ini kami akan langsung pulang beistirahat dan serta menyiapkan diri untuk turnamen Superseries Final karena tahun ini kami ingin menutupnya dengan kemenangan disana,” pungkas Liliyana.
Tontowi sendiri kembali mengungkapkan kekalahan beruntun di turnamen sebelumnya menjadi motivasi tersendiri bagi dirinya.
“Motivasi kami bertambah saat tahu akan bertemu mereka, karena kami memang mau balas kekalahan sebelumnya. Alhamdulillah bisa menang,” ucap Tontowi.
Sementara itu sang pelatih Nova Widianto mengungkapkan, kekalahan di gim kedua disebabkan karena Tontowi/Liliyana yang tidak siap dengan perubahan strategi posisi lapangan yang berbeda.
“Pada game kedua, Tontowi/Liliyana kalah angin, jadi kalau salah posisi saat terima servis, pasti banyak tertekan. Selain itu, Tontowi/Liliyana banyak mengangkat bola, pertahanannya jebol terus karena kalah angin,” urai Nova.
“Penampilan Tontowi/Liliyana normal seperti biasanya, walaupun tenaga agak menurun. Tetapi, mereka sudah siap dengan pola permainan yang bakal diterapkan melawan Joachim/Christinna. Mereka juga banyak belajar dari kekalahan sebelumya,” lanjut Nova.
Kemenangan ini merupakan gelar ke-5 Tontowi/Liliyana di sepanjang tahun 2013. Sebelumnya, duet peringkat 2 dunia ini mengantongi mahkota turnamen All England Open SS Premier 2013, India Open SS 2013, Siangapore Open SS 2013, dan BWF World Championships 2013.
Sumber : Bulutangkis.com
0 comments:
Posting Komentar